Tantri menghela nafas di tatapnya langit langit kamar.Suara radio sudah tak terdengar lagi di telinganya.hatinya di penuhi keresahan yang tak ia mengerti sama sekali.
“kakak kakak. “ suara adiknya memanggil sambil memegang sebuah piring.
“apa nih? Adik mau makan? Tanya Tantri menyadari kedatangan adiknya.
“ Engga.” Jawab adiknya menyodorkan piring yang di pegangnya.
“ Tantri, tolong mama ya “ teriak ibunya dari dapur
Tanpa menjawab Tantri bangun dan menggendong adiknya Ratna yang berumur 3 tahun dan beranjak ke dapur.Di dapur ibunya sedang sibuk memasak pisang goreng untuk di jual.Tanpa di suruh Tantri mengambil bungkusan plastik yang sudah di persiapkan ibunya untuk ia bawa.
“ Hati hati nak berat.” Kata ibunya tanpa menatap tantri
Masih menggendong adiknya Tantri pergi mengantar pisang goreng ke pedagang langganan ibunya.Namun dalam benaknya ia masih bergelayut pertanya apa yang membuat teman temannya menjauhinya sedangkan pekerjaan ayahnya hanyalah kuli bangunan dan ibunya penjual pisang goreng.tak jarang ketika sedang mengantarkan dagangan Tantri bertemu dengan teman teman sekolahnya.Tantri mengeluh pada ibunya namun ibunya hanya tersenyum jika tantri tak membantu ia merasa kasihan menjadi serba salah antara malu dan kasihan pada ibunya.
“maafkankan mama Tantri.” Ibu mendekati anaknya.
“Ibu tidak menghendaki kemiskinan ini tapi beginilah hidup kadang di atas kadang di bawah semua bagaimana kita bersikap dan mensyukuri kehidupan ini,kehidupan kita lebih baik dari pada pengemis atau tuna wisma di luar sana.Jika kamu malu terhadap teman temanmu tidak perlu membantu mama, tidak apa apa mama akan kerjakan sendiri.tapi kamu jaga adik ya.” Kata ibu
Tantri hanya terdiam ada rasa bersalah bergelayut di hatinya.Tantri hanya terdiam ada rasa bersalah bergelayut di hatinya.Andainya aku orang kaya pasti tak seburuk ini mama tak perlu berdagang dan aku tak perlu malu pada teman temanku pikir Tantri.
“Ma kenapa ya teman teman membenci Tantri? Kita kan bukan orang kaya.Kalau kuajak main mereka tidak mau.” Keluh Tantri.
“Mengapa kamu pikir teman teman membencimu?” Tanya ibu.
“mereka sinis sekali pada Tantri ma.” Jawab Tantri
“Sebaiknya kamu tanya; mungkin kamu yg pemalu jadi mereka pikir kamu yang sombong.” Ibu menjelaskan.
“Aku yang sombong? Aku sering ajak mereka bermain ma.” Kilah Tantri.
“Mungkin mereka sedang tak ingin bermain.” Hibur ibu.
“Tidak mungkin ma.Mereka masih tetap bermain dengan anak lain.” Kata Tantri kesal.
“Jadi Tantri hanya berdiri saja memperhatikan mereka bermain.” Lanjut Tantri.
“Tantri bersabarlah nak.” Kata ibu sambil mengelus kepala Tantri
“Sekarang lebih baik kamu belajar ya?” Lanjut ibu
Ibu beranjak dari duduknya menuju dapur.Tantri mendesah merasa teramat berat beban hidupnya lalu beranjak dan mengambil buku bukunya,melupakan sejenak beban kehidupannya.Satu jam kemudian Tantri membereskan buku bukunya dan memasukakannya ke dalam tas sekolahnya dan bersiap berangkat ke sekolah.jam menunjukan jam sebelas siang tepat.Ibunya masih menekuni pekerjaannya.
Setiap pagi Tantri harus membersihkan rumah dan mengantar dagangan ia juga harus rela di perolok teman temannya.kehidupan tidak berpihak kepadanya.Namun ia hanya menyimpannya sendiri.Tantri tak tega jika ibunya harus melakukan segalanya sendiri,Tantri ingin bermain tapi tak ada yang mau di ajaknya bermain.Tantri hanya ingin semua seperti adanya tidak terbebani oleh materi karena baginya hidup sederhana lebih menyenangkan walaupun ia tak punya tas bagus dan sepatu mahal.Ya teman temannya punya semua yang tak di milikinya namun ibunya harus bekerja di luar rumah.Tak seperti dirinya ada ibu yang masih bisa di ajaknya berbicara meskipun sedang sibuk memasak.
Tantri hanya tahu ia harus menyimpan angan dan resah untuk dirinya sendiri tak perlu lagi membebani orang tuanya dengan keinginannya.
***14-6-2010***
Senin, 14 Juni 2010
CERPEN
0 Response to "CERPEN. Kesabaran Tantri"
Posting Komentar