selama kami menikah aku hanyalah seorang penganguran yang selalu berjalan mengitari tempat untuk mencari kerja hingga aku mendapatkan ide untuk membuat usaha namun membutuhkan modal besar dengan modal nekat aku meminjam pada bank dengan jaminan sertifikat rumah.
“Besok kita buat usaha kecil kecilan ya mah? ” Kataku suatu hari yang hanya penganguran
“Usaha seperti apa yah?” jawab istriku bingung
“Kita akan menjual barang antik.Insya allah besok aku akan mulai mencarinya” Kataku
“Lalu dari mana modalnya yah?” Tanya istriku bingung
“Aku meminjam uang di bank,aku menggadaikan rumah ini sebagai jaminan.” Jelasku
Aku tersenyum bangga sekaligus cemas kuatir usaha ini akan gagal dan rumah kecil kami akan hilang padahal ini rumah pemberian orang tuaku.Pagi harinya aku pergi dan selepas tengah malam baru kembali.Terjadi selama beberapa hari membuatnya cemas dan rasa curiga mulai menyelinap di hatinya karena aku memegang banyak uang takut sesuatu terjadi padaku namun yang membuatnya sangat takut adalah aku akan tergoda dengan perempuan lain.aku mengingatkannya untuk berdoa mendorong semangatku bukan mencurigai.Sebulan sudah semua berlangsung istriku masih memperhatikan tanpa banyak tanya aku berusaha menyakinkan diriku.berdoa bahwa aku adalah laki laki yang baik.
”Mah aku sudah menemukan lokasi yang bagus untuk usaha kita namun kita membutuhkan seorang pekerja yang bisa di percaya untuk menunggu galeri kita.” Kataku suatu hari
“Oh ya? Dimana?” kata istriku terkejut
“Di daerah pasar rumput.” Jawabku
“Lalu mau memperkerjakan siapa?” Tanya istriku lagi
“Entahlah aku belum bisa memastikan siapa yang bisa kupercaya .aku butuh orang yang bisa kupercaya untuk menunggu sekaligus membersihkan barang.” Jelasku
“Karena kita baru mulai biarlah aku aku yang akan menunggunya sambil menunggu perkerja datang.” Kata istriku menyarankan
“Kamu tidak keberatan ?Lalu bagaimana dengan anak kita?” kataku lagi
“Tidak apa apa anak kita masih bisa di sambi koq.” Kataku sambil melihat anak kami yg sedang ku gendong
Esok harinya pagi pagi sekali istriku mulai bersiap siap mencuci,memasak dan membersihkan rumah.Ia juga sudah menyiapkan makanan dalam rantang untuk makan kami di sana dan mempersiapkan keperluan si kecil yang baru berumur satu tahun.Dengan naik motor kami berangkat ke daerah pasar rumput.Ketika kami sampai istriku sangat terkejut di depan nama galeri itu terdapat nama anak kami dan kios itu hanya berukuran 7 x 10 meter dengan kamar mandi telah terisi lengkap lampu lampu,meja rias serta pajangan pajangan bahkan ada pula peti mati berukir lengkap dengan matras dan bantalnya.
“Inilah usaha kita,aku menamakannya sama dengan anak kita,aku mengontraknya 2 tahun insya allah berhasil asal kita tekun.” Kataku
“Amin.” Jawabnya masih belum percaya padaku
“Jadi sekarang kita berbagi tugas ya?” Lanjutku
“Aku sudah menulis di pembukuan semua harga barang barang ini,kamu hanya tinggal mencocokkan nama dan kode barang mungkin kamu harus menghafal harga barang.” Jelasku
Istriku menganguk sambil membuka buku yang aku berikan.
“Dan untuk si kecil aku sudah mempersiapkan tempat untuk bermainnya.” aku menunjukan ke sebuah tempat kecil diantara perabotan.
“ini barang antik lho.Pagar pagar ini dulu milik orang Belanda untuk tempat bermain anaknya.”kataku bangga
“Kalau di buat main nanti rusak yah?” kata istriku kuatir
“Ah ini barang kuat asal tidak di corat coret tidak mengapa.”jawabku enteng
“Kamu akan menunggu galeri ini siang hari dan kalau aku pergi saja dan aku akan menunggu sore sampai malam kalau perlu kita akan membuka galeri ini 24 jam.” Tandasku
Dia mengganguk setuju terlihat rasa kuatir akan kesehatanku bila kurang tidur.aku tersenyum melihat kekuatirannya lalu memeluknya yang masih menggendong si kecil.Hari demi hari minggu demi minggu berlalu kami di sibukan dengan usaha baru kami walaupun aku merasa sangat letih dan kurang istirahat.Setelah sholat subuh aku pulang memperhatikannya menyelesaikan tugas sebagai ibu rumah tangga membersihkan rumah mencuci dan memasak .Setiap pagi aku selalu datang dengan mata terkantuk kantuk kurang tidur.Sarapan bersama jam tujuh pagi kami berangkat bersama si kecil yang selalu dalam gendongannya.Setelah sampai di galeri aku akan tertidur pulas seperti bayi tidur di tempat yang aku sediakan untuk tempat bermain anak dan akan bangun setelah hari siang.setiap kali aku melihatnya tidur ada terselip rasa bangga akan kegigihannya.Siang hari ia akan menidurkan si kecil di tempat itu untuk mengeloninya.Meskipun si kecil sering meronta ingin turun dari gendongan berjalan dan bergerak bebas namun ia takut akan merusak barang dagangan kami.aku membersihkan barang barang yang sulit dibersihkan ia akan membersihkan yang mudah saja.
Hingga pada suatu siang aku melihat menyembulkan kepalanya keluar di peti mati aku sangat kuatir dengan serta merta aku langsung melihatnya.Aku sangat terkejut ketika melihatnya sedang mengeloni si kecil rasa bersalah muncul dari dalam hatiku.setelah si kecil tidur ia keluar dari peti mati itu.aku langsung mendekatinya mengusap rambutnya dengan rasa bersalah.
“Apa yang kamu lakukan?mengapa kau tidurkan anak kita di peti mati?” kataku bingung
“Aku tak bermaksud apa apa.aku hanya ingin menidurkan si kecil.Ini hanya benda mati maaf aku tak tega membangunkanmu .” katanya menjelaskan.Hatiku treyuh mataku berkaca kaca.selama ini aku memang bukan suami yang baik untuknya ia juga harus membanting tulang untuk mencukupi kehidupan kami selama aku menganggur dengan berdagang kue dan menjadi buruh cucii ia juga berusaha menyenangkan hati keluarganya dan keluargaku mencoba membantu sedapatnya dalam hati aku bergumam.memeluknya erat.
“tak bisa ku pungkiri aku memang bukan suami dan ayah yang baik untuk kalian.perih rasanya melihatmu begini.” Kataku gundah.
“Tidak apa apa mungkin belum rezeki kita.nanti kalau kita sudah maju berjanjilah kau tidak melupakan kami.” Pintanya
“kurasa aku sudah menemukan kartiniku walau pun ia bukan seorang professional besar atau pahlawan bangsa ini.Walau pun kamu Cuma seorang ibu rumah tangga biasa dengan cita cita kecil tapi bagiku kaulah pahlawan di keluarga ini.” Kataku bangga.
***21-4-10***
hanya fiksi terinspirasi dr mimpi
Rabu, 21 April 2010
CERPEN
0 Response to "CERPEN KARTINIKU"
Posting Komentar