CERPEN. MENJEMPUT CINTA

Bermodalkan kertas kecil tertulis kota dan nama desa,foto dan sedikit uang tabungan aku bertekad dan nekat.Aku ke kantor imigrasi membuat passport sendiri tanpa calo agar tak memakan banyak biaya.Pembuatan passport memakan waktu.ku sabarkan diri mengisi dengan khayal dan mempersiapkan barang yang akan ku bawa sebuah tas berukuran sedang untuk pakaian dan tas tangan kecil .beberapa hari kemudian aku berangkat.Aku hanya meminta izin pada keluargaku untuk pergi ke Jogjakarta selama beberapa hari.pagi pagi sekali aku berangkat ke airport.Soekarno-Hatta keberangkatan pukul sepuluh jam sembilan aku sudah tiba.Pikiranku menerawang teringat saat kami berkenalan,kami berkenalan di sebuah mall saat itu Adam adalah seorang turis yang mengisi waktu liburnya di sini bersama dua orang sahabatnya.waktu itu ia bertanya padaku restoran yang menyajikan makanan khas Thailand aku hanya tersenyum dan berfikir tentang restoran yang ia tanyakan namun aku hanya menjawab tidak tahu aku memang tidak tahu menahu tetang restoran yang ia tanyakan.lalu kami berkenalan terasa indah sekali hari hariku setelah itu.Tepat jam sepuluh berangkat seperti jadwal.Dalam penerbangan aku berharap aku bisa menemukan rumahnya dan kami bisa bertemu tanpa gangguan walau hanya sebentar,aku memang tak berharap banyak padanya setidaknya aku tak perlu menelan dua pil pahit sekaligus.tiga jam penerbangan seperti berminggu minggu terasa lama sekali.

Setelah 3 jam pesawat tiba di bandara Penang.Aku lihat jam menunjukan angka 1.30.Bandara terlihat lenggang beberapa pekerja bandara terlihat sibuk dan ada yang terlihat mengobrol dengan rekannya.Aku bertanya pada salah satu pekerja untuk sampai ke tempat tujuanku.Dengan terbata bata ia menunjuk pada sebuah bus yang di sediakan bandara.aku mulai mengerti.Aku bertanya pada petugasnya dan ia mengatakan aku membutuhkan waktu 5 jam untuk sampai ke sana ia mengharapkan aku bertanya untuk informasi selanjutnya.Aku menunggu bus dengan hati berdebar.Bus yang akan kutumpangi datang ada rasa takut tersesat menyelinap di hatiku lima jam perjalanan aku tersenyum sendiri.Duduk disebelahku seorang bapak dengan bahasa melayu ia menyapa aku tersenyum kecil.Kami mengobrol sejenak sebelum kantuk menyerangku namun aku tak bisa memejamkan mataku jantungku terlalu cepat berdenyut,tak bisa menenangkan hati..Dua jam perjalanan bapak di sebelahku pamit ia telah sampai di tempat tujuannya dan berpesan hati hati kepadaku aku mengiyakan sambil tersenyum.Masih ada tiga jam lagi pikirku aku mencoba untuk tidur.Tiba tiba aku terkejut ternyata bus berhenti aku melihat sekelilingku masih tertinggal beberapa penumpang kulihat jam tangan hanya setengah jam lagi perjalanan ini usai aku tersenyum sendiri hatiku semakin berdebar.Perjalanan bus tiba di perbatasan namun perjalanku belum usai aku masih harus masuk ke perbatasan dan melanjutkan perjalanan.

Tiba di perbatasan aku bertanya pada penjaga ia mengatakan aku harus menyiapkan dokumen perjalananku.Aku cepat cepat mengeluarkan dokumen dan menunjukannya padanya lalu aku masik dan bertanya pada penjaga lain untuk sampai ke tujuanku penjaga itu menunjuk sebuah bus kecil dan mengatakan akan sampai pada sebuah terminal dan aku diharuskan naik tuk tuk karena tak ada bus yang menuju ke sana aku menuruti perkataannya.Setengah jam perjalanan aku sampai di terminal yang di tunjukan oleh petugas perbatasan.Aku mendekati sebuah tuk tuk kendaraan mirip bajaj yang berjejer rapi di luar terminal memberikan kertas kecilku dan menawarnya ongkos setelah menyepakati aku naik dan perjalanan itu hanya memakan waktu beberapa menit.supir tuk tuk sempat menanyakan kepada seorang bapak yang sedang berada di halaman rumah,tak lupa aku menunjukan fotonya bapak itu tersenyum dan menunjuk ke suatu rumah hanya beberapa rumah dari situ.Tuk tuk berhenti di depan rumah yang di tunjuk aku turun dan membayarnya.Dengan yakin aku menyucapkan rasa syukur.

Rumah besar berwarna kuning gading tanpa pagar dengan halaman yang luas di tumbuhi rumput teki tanpa pepohonan dan teras yang juga besar dengan 3 buah tiang di depannya.dan seperangkat bangku mungil di teras.Rumah yang nyaman,seperti gambaranku tentangnya yang mempunyai banyak saudara pikirku.Terdengar suara riang kanak kanak dari dalam rumah.Aku menaruh tas di atas meja dan memberanikan diri mengintip ke dalam sambil memberi salam.Kulihat anak anak sedang bermain di ruang tamu dan dia sedang berada di pintu kamar berbicara dengan seorang perempuan dan seorang laki laki mereka terlihat begitu akrab.entah apa yang mereka bicarakan aku tak mengerti bahasa mereka.Aku kembali mengucapkan salam dengan suara agak keras berharap mereka mendengar.Dua anak berpaling melihatku sambil tersenyum aku membalas senyum mereka sambil mundur dari pintu besar itu.Empat orang anak keluar sambil bercakap cakap.berusia antara tujuh hingga dua belas tahun wajah mereka mirip dengan Adam mungkin adik adiknya.Aku bingung harus berkata apa,aku tak mengerti bahasa mereka.Bahasa Inggris pun belum tentu mereka paham.salah satu anak tersenyum mendekatiku kira kira berumur 10 tahun dengan terbata bata aku menyebut Adam.Ia tersenyum lalu berteriak tanpa menyebut orang yang ku tanyakan lalu berlari masuk ke dalam rumah di ikuti yang lainnya sambil tertawa riang.Aku tersenyum menyaksikan keriangan mereka.namun dalam hati aku bersyukur telah sampai pada tempat yang ku tuju.Aku menunggunya berdiri membelakangi pintu tanganku bersandar pada tiang sambil memandangi tempat itu tanah yang subur banyak pohon pohon di seberang rumah yang hanya tanah kosong.Seseorang keluar berdiri di belakangku sambil menyapa dengan bahasanya aku tersenyum dan menutupi wajahku yang tersenyum dengan tangan yang masih bersandar pada tiang.Ia berdiri di sampingku aku masih tetap membelakanginya.

“Aduh mak sampai juga di sini akhirnya” Katanya terdengar risau

“Tak perlu repot mencari begitu bilang saja nanti bisa ku jemput”katanya lagi

Seakan sudah tahu dengan kedatanganku.aku masih tersenyum dan dengan hati yang masih berdebar aku membalikan badan,yah aku takut ia akan marah dengan kedatanganku.Tapi aku melihatnya tersenyum aku membuka tanganku berharap ia akan memelukku ia mendekatiku lalu merangkul pinggangku .

“Hush jangan di sini nanti ketahuan.Mari kita cari tempat untukmu menginap.” Bisiknya

“Sebentar ada yang tertinggal” Ujarku

Kami berbalik tangannya masih melingkar di pinggangku.Aku menunjukan tas berisikan pakaian diatas meja kecil.

“Cuma bawa ini aja?tak membawa baju banyak?” Ucapnya.

Aku tersenyum dalam hati aku aku menyesal sudah berburuk sangka padanya.Adam mengambil tas itu lalu melingkarkan tangannya pada pinggangku.Kami berjalan tiba tiba aku teringat sesuatu dan berhenti melangkah.Aku teringat pada orang tuanya.

“Tak mau mengenalkan orang tuamu?” kataku pendek

“Nanti aja ya.” Ucapnya pelan sambil menunjuk tubuhku dan memandang rambutku.

Aku memandang ke arah bajuku terlihat sopan aku tak memakai baju ketat dan lengan bajuku juga panjang.

“Mamaku ada di rumah.Bukan itu maksudku tapi kamu tak pakai tudung aku ‘kan sudah pernah bilang.” Katanya sambil membelai rambutku.

Aku tersenyum kecut.Ia memang pernah memintaku untuk berkerudung teringat kata katanya yang merajuk mesra saat itu.Kami berjalan menjauhi rumahnya beberapa meter menuju pertigaan kembali melewati rumah tempat ku bertanya tadi,orang tua itu masih di halaman rumahnya menekuni pekerjaannya.Aku menunjuk padanya Adam hanya tersenyum lalu menyapa orang tua itu.

“Tadi aku bertanya padanya aku hanya menyebut namamu.” Kataku menjelaskan

“Ini perkampungan kecil.kalau ada orang asing bertanya menyebut nama mereka akan menunjukannya.sama seperti Indo ramah.” Ucap Adam.

Tikungan hanya melewati beberapa rumah dari rumahnya kami menunggu angkutan tuk tuk kendaraan melintas dan berhenti didepan kami.Adam berbicara sebentar dengan supirnya lalu kami naik Adam memelukku dan menciumi wajahku berkali kali hingga penginapan yang berjarak 1 km dari rumahnya.Tuk tuk berhenti di sebuah penginapan kecil tampak seperti rumah biasa.Aku melihat lihat sekeliling di dalamnya kamar kamar berjejer berhadapan dengan ruang penghubung yang di hiasi rak kecil berisi pajangan khas Negara itu ,televisi berukuran sedang dan bangku bangku santai di sekelilingnya.

“Aku pesan untuk 3 malam kalau masih betah nanti bisa chek in lagi” Kata Adam meraih tanganku

Diikuti oleh seorang laki laki pemilik penginapan.Aku tersenyum kecil Laki laki itu berjalan mendahului kami mengikuti mengantarkan kami menunjukan kamar.Kami tiba di sebuah kecil seukuran kamar di rumah dengan satu tempat tidur,televisi kecil,lemari kecil,dua buah bangku dan meja rias yang berkesan kuno

“Adanya seperti ini ga apa apa ya?” Kata Adam

“Ya,ga apa apa.” Kataku masih melihat sekeliling kamar itu.

“Kalau mau yang bagus kita bisa cari di kota.Tempatnya agak jauh dari sini.” Katanya meneruskan

“Tak perlu sayang,tak apa apa.” Kataku lagi sambil tersenyum.

Pemilik penginapan itu berdiri di depan pintu melihat tingkahku.Adam berbincang sejenak dengannya lalu pemilik penginapan itu pergi.Pintu kamar masih terbuka aku menghamburkan diriku di kasur.Adam duduk di bangku tersenyum memandangku.

“Kamu berani sekali datang sendiri dan tak memberi kabar terlebih dahulu padaku.” Katanya membuka percakapan

“Jangan kuatirkan aku.” Kataku menenangkannya

“Tolong jangan buat aku kuatir.”Katanya menatapku tajam.

“Siapa yang tahu kamu ke sini? Sambungnya lembut

Aku menggeleng.Adam melotot sambil menggeleng gelengkan kepalanya tak percaya.mulutnya komat kamit kemudian mengusap wajah dan rambutnya mengulang kebiasaannya.

“Sayang berjanjilah kamu tidak akan melakukannya lagi.Tidak untukku atau siapa pun,ini berbahaya.” Ucapnya lembut

Aku duduk dan tersenyum.Ia mendekat dan duduk di sampingku

“Berjanjilah.” Ucapnya berbisik lembut sambil memelukku

Aku mengiyakan dan membalas pelukannya

“Aku tak mau terjadi apa apa padamu, berjanjilah.” Desahnya sambil memelukku erat erat. Emosinya meledak

Aku mengangguk dan berusaha meronta melepaskan pelukannya yang terlalu kuat.Ketika aku berhasil melepaskan diri dari pelukannya wajahnya bersemu memerah.

“Maaf.,aku tak mau kehilanganmu.” Katanya pendek

Aku terpana menatapnya dalam dalam tak pernah kulihat emosinya begitu meledak seperti itu.Adam berdiri dan kembali duduk di bangku semula sikap sopannya kembali ia mulai mengontrol dirinya.

“Mau jalan jalan?” ujarnya lagi.menguasai keadaan.

“Boleh tapi jangan terlalu lama ya masih capek.” Kataku manja

Adam tersenyum “ Ya yang dekat aja sambil cari makanan”

Kami berjalan jalan menyusuri jalan yang tampak subur penuh dengan pepohonan rindang dan bunga beraneka warna.Adam menggandeng tanganku,percakapan ringan dan tawa canda mengiringi langkah kami..tak terperi bahagianya hatiku jantungku hampir melompat keluar karena berdegub kencang.Adam sangat tahu tempat itu aku bahkan di ajaknya ke tempat kuliahnya dan ke rumah teman temannya seakan memamerkan padaku seperti dulu aku memamerkan Adam pada teman temanku.Malam hari kami baru kembali ke tempat penginapan.Mengantarku sampai depan pintu kamar.


“ Sudah sampai,beristirahatlah.Besok sepulang kuliah aku akan kembali lagi kesini.” Kata Adam bersikap manis

“ Baik,aku tunggu ya?” Jawabku

“ Boleh aku menginap?” Kata Adam lagi sambil tersenyum

“ hmm” Kataku sambil tersenyum.Aku tahu ia menggodaku

Adam tertawa ringan lalu menggodaku ” Nanti keterusan gimana ya?” kelakarnya

Kami tertawa bersama.Adam memeluk dan mengelus rambutku

“Besok lagi ya.” Katanya sambil mengecup keningku.

Aku tersenyum.Adam melepaskan pelukannya dan melambaikan tangannya.Ia berjalan meninggalkanku aku mengikutinya berlahan. Di depan meja resepsionis si pemilik penginapan Adam menyapanya kemudian tersenyum pada kami di depan pintu sekali lagi Adam tersenyum dan melambaikan tangannya ke padaku.Aku masuk kembali ke dalam menuju ke kamarku.Aku tersenyum puas.Tak sia sia aku datang ke sini pikirku tersenyum sendiri.Tak lama kemudian aku tertidur.

Pagi hari Adam datang kembali.Ia datang sambil membawa tas dan berpakaian rapi.Aku sedang mempersiapkan diri untuk mandi ketika ia mengetuk pintu kamarku.Aku membuka pintu Adam tersenyum sambil mencubit daguku.

“Cantik baru bangun ya?” Katanya.

“Engga lagi lihat televisi” Kataku berkilah

“ Masa? Gapapa biar baru bangun bangun kamu tetap cantik koq.” Kata Adam menggodaku

“Aku bawa makanan untuk sarapan Cuma nasi goreng aku yang buat sendiri khusus untuk kamu,dimakan ya aku harus kembali lagi,ga apa apa ‘kan?” Katanya sambil mengeluarkan box dari dalam tasnya.Adam mengeluarkam sesuatu dari dalam kantong celananya sebuah kartu telepon.


“Ini pakailah agar aku bisa menelponmu nanti” Ucapnya

Aku tersenyum memandangnya agak aneh perhatian sekali bagaimana nanti ya pikirku.Adam bersiap pergi.

“Maaf ya aku ga bisa nemenin kamu sarapan.Aku mau kuliah dulu habis itu aku baru ke sini lagi” Sambungnya lagi sambil menciumku

Aku terdiam menatapnya.Ia menatapku seakan minta pengertian dariku.

“ Aku kuliah untuk masa depan kita,jangan lupakan itu.” Kata Adam berbisik.

Ia pergi lalu menutup pintu sedangkan aku masih termangu melihat tingkahnya tersenyum sendiri sambil melihat box nasi yang ia antarkan.Aku membukanya dan merasa bersyukur Adam telah membawakanku makanan kesukaanku lagi pula aku tak perlu memakan makanan yang tak ku suka.Tiba tiba aku teringat saat dirumah dulu mana kala ia memamerkan kehebatannya memasak.dua jam kemudian handphoneku berdering “hai” terdengar seseorang di ujung sana menyapaku ramah..Sebentar lagi aku datang ya tinggal satu mata pelajaran lagi,oke? Katanya lagi.iya, kutunggu ya jawabku pendek lalu terputus.Aku melihat jam sudah hampir jam sepuluh pagi.Aku keluar kamar merasa jemu dan pergi melihat lihat keadaan di sekitar penginapan.Jam sebelas aku kembali ke penginapan Adam telah duduk di teras wajahnya terlihat cemas.Ia menggelengkan kepalanya sambil menatapku

“Aku kuatir sekali kamu tak bisa kembali ke sini.” Ucapnya

Aku tersenyum “Cuma di dekat sini aja koq.”

“Aku Cuma takut kamu tersesat aja.” Katanya sambil berdiri

“Bosan ya? Bagaimana kalau kita ke lembah,di sini ada lembah cantik sekali tapi untuk turis lokal.Mau?” Kata Adam menghibur

Aku tersenyum.ia memegangi tasnya dan memintaku untuk menyimpannya di kamar.kami beranjak ke kamar untuk menyimpan tasnya kemudian kami pergi ke lembah itu.lembah yang dulu pernah ia ceritakan padaku.lembah yang cantik dengan air terjun kecil namun tinggi.Kami pergi ke tempat tempat yang pernah ia ceritakan di beberapa tempat.Hingga malam tiba kami baru kembali ke tempat penginapan.

“Besok kita akan ke rumahku siapkan tudungmu.” Kata Adam lembut.

“Kau akan memperkenalkan pada orang tuamu?” Jawabku

“Ya kamu sudah menunggu bukan?“ Katanya menggoda.

Aku tersenyum kecil menanggapi godaannya.

“Semalam aku sudah bicara dengan orang tuaku,ayah dan ibuku bilang bawa saja ke sini.”ia bercerita.

“Bagaimana kalau orang tuamu tak suka aku?” Jawabku gundah.

“Kita lihat saja nanti.ingatlah pilihan tetap padaku bukan orang tuaku.” Jawabnya menghibur.

“Jam berapa? siang atau sore?” Lanjutku lagi

“Sore aja ya.Kalau sore orang tuaku lebih santai” Jawab Adam.

Aku mengiyakan setuju dengan pendapatnya.

“Sekarang aku mau pulang dulu besok pagi aku ke sini lagi mengantarkan sarapan,mau di bawain apa?” Kata Adam lagi

“Apa aja yang masaknya gampang” Jawabku sekenanya.

“Yang gampang ya nasi goreng. Aku pergi ya bye” Katanya lagi

Aku tersenyum bahagia anganku membumbung tapi juga di liputi kecemasan hingga ia pergi.Tidurku menjadi gelisah ada rasa takut salah ngomong atau di bilang tak sopan.Dengan susah payah aku memejamkan mata.Pagi pagi sekali Adam sudah datang kembali membawa sarapanku dan mengucapkan beberapa kata setelah itu kembali pergi lagi.Ada rasa bersalah menyelinap di hati karena telah merepotkannya namun ada rasa bahagia bercampur.Matahari telah merayap naik aku bersiap siap dengan kedatangannya tak lupa ku siapkan kerudungku agar nanti tak terlupakan.tepat jam sebelas Adam datang dengan senyumnya.

“Sudah siap untuk jalan jalan?” Katanya dengan senyum di bibirnya

“Mau jalan jalan kemana?” Aku balik bertanyaku

“Ketempat yang belum pernah kamu datangi.oh ya sudah siap? nanti setelah kita jalan jalan kita akan langsung ke rumahku ya.” Kata Adam

Aku tersenyum sambil menunjukan kerudung yang hendak ku bawa.Adam tersenyum mesra namun dalam hati aku bertanya tanya apa yang sudah ia ceritakan tentangku pada orang tuanya.Hatiku gundah tapi enggan bertanya.Kami berjalan mengitari pantai pasir putih penuh dengan canda dan tawa, rupanya Adam membaca kegundahan hatiku.

“Ada apa sayang? Kamu kelihatan gelisah?Apa karena mau bertemu orang tuaku?” Tanyanya.

“Engga bukan itu sebenarnya tapi aku ingin tahu apa yang sudah kamu ceritakan pada orang tuamu.” Jawabku

“Aku bilang yang sebenarnya,jangan kuatir aku tak kan berbohong padamu atau pada orang tuaku.Nanti mereka akan berbicara bahasa melayu kalau kamu tidak mengerti maksudnya kamu tinggal pandang aku saja nanti aku terjemahkan ya.” Katanya lagi.

Aku mengangguk setuju kegundahanku telah hilang.Waktu hampir sore kami bersiap untuk ke rumahnya.Sesampainya di rumahnya aku terpana ternyata orang tuanya sudah bersiap dengan kedatanganku terlihat jelas dengan makanan yang mereka hidangkan ada lempuk (sejenis dodol) dan kue kue khasnya membuatku tersipu malu seperti tamu kehormatan.

“kamu adalah tamu kehormatan bagi kami” bisiknya membuatku tembah tersipu

Orang tuanya sangat ramah saudara saudaranya berkumpul anak anak kecil yang ku lihat pertama kali datang ke rumah ini mereka tampak lebih diam dan teratur tak lagi terlalu lincah.Orang tuanya banyak menanyakan semua yang berhubungan dengan diriku dan keberadaanku hingga sampai di sini namun aku hanya menjawab yang ku mengerti dan perlu saja.sesekali menatapnya yang duduk bersebrangan denganku..Keputusan orang tuanya membuatku tercengang mereka mengatakan tak akan mencampuri urusan kami selama kami berhubungan dan berpesan agar kami bisa menjaga diri. Ketika orang tuanya telah selesai mereka meninggalkan kami,kami hanya berdua di ruang tamunya.Aku berharap ini semua bukanlah mimpi karena terlalu bahagia untuk hidupku namun ada tanda besar di hati mungkinkah akan selalu indah hidupku nanti.Hari hampir malam aku kembali ke penginapan dengan berbagai rasa dan pertanyaan dalam hatiku.Adam mengantarku sampai ke penginapan tanpa banyak kata hanya senyum yang terlihat di wajahnya.


“Bagaimana sudah puas dengan keputusan kedua orang tuaku?” Tanya Adam

Aku tersenyum puas tanpa berkata apa apa.Adam mencubit pipiku sambil berguyon tentang pembicaraan kami di rumahnya dan aku teringat pada orang tuaku di rumah,seandainya mereka tahu apa yang sudah ku lakukan akankah mereka akan memarahiku?aku tersenyum kecut.Adam melihat perubahan pada wajahku dan menanyakannya aku hanya terdiam tak tahu mesti bilang apa selain memberikannya senyum.

“Kamu mau pulang?” Ucapnya

“Ya tapi aku hanya membeli tiket untuk pergi,adakah di dekat sini yang menjual tiket untuk ke Jakarta?” jawabku

“Ya besok kita ke sana.Apa kamu mau pulang secepat ini?setelah kamu mendapatkan apa yang kamu mau!” Kata Adam agak kesal.

“Tidak bukan begitu,aku hanya ingin menceritakan berita gembira ini” Jawabku berkilah

Adam tersenyum ya aku memang sedang memikirkan hal itu namun bagaimana aku mengatakannya?apakah aku harus mengatakan jika aku menemuinya disini menjemput cinta.Aku tak mampu berkata apa apa aku memang ingin pulang untuk menceritakan berita gembira ini pada orang tuaku.Esok harinya kami pergi ke tempat penjualan tiket aku menjadwalkan kepulanganku dua hari lagi walau pun aku masih ingin tinggal di sini bersamanya.Hatiku mulai bertanya tanya bagaimana aku akan melepas rindu.Adam seakan tahu perasaanku dan berbisik lembut menghiburku.

“Aku tahu apa yang kau pikirkan” Bisiknya

“Apa?” Kataku menggodanya

“Pasti kamu sedang memikirkan bagaimana caranya kita bertemu ‘kan kita jauh.” Katanya

“Setiap libur insya allah aku akan ke sana.jangan kuatirkan ongkosnya.” Lanjutnya

“Baiklah apa kamu mau berjanji?” kataku

“Don’t worry sweety.Aku punya usaha kecil kacilan di kampus aku juga mengajarkan les privat untuk anak anak.” Bisik Adam

Aku tersenyum bingung dan heran dengan ungkapannya.

“Kamu pikir bagaimana kita bisa bertemu?Apa kamu pikir aku berfoya foya dengan uang orang tuaku yang hanya petani? Adam menjelaskan

Aku tersenyum getir tak mengira ia akan mengatakan hal itu.Adam hanya tersenyum melihat aku yang salah tingkah dan tak tahu harus berkata apa.namun dalam hatiku berkata “betapa aku mencintaimu”

Esok paginya setelah Adam menemuiku di penginapan aku pergi ke rumahnya tanpa sepengetahuan Adam untuk memberi kesan dan pamit pada orang tuanya sebelum kepulanganku ke Indonesia.Sengaja tak kuberitahu karena aku ingin melihat bagaimana perlakuan keluarganya padaku bila Adam tak ada.Di rumahnya hanya ada ibu dan kakak perempuannya adik adiknya sedang ke sekolah.Terasa jengah apa lagi aku bukan orag yang suka berbasa basi.Kucoba membantu pekerjaan mereka,lama lama aku merasa akrab pada ibu dan kakaknya.Hampir jam sebelas siang aku mengirimkan pesan singkat di handphone pada Adam memberitahukannya agar tak perlu ke penginapan karena aku sedang berada di rumahnya.Adam datang ketika aku sedang membantu ibunya di dapur yang langsung menggodaku .


“Awak ni pandainya mengambil hati.” Godanya sambil mengedipkan mata.

“Sudah sepatutnya begitu nak.” Kata ibunya membelaku sambil tersenyum

Aku tersenyum mengangguk

“Caper amat sih kamu.Caper sama camer ya?” Adam menggodaku lagi sambil tertawa

Aku hanya tersenyum lebar menanggapi godaannya.Saat makan siang aku memberanikan diri untuk berpamitan

“Bu saya hendak pamit pergi, besok saya akan kembali ke Indonesia .” kataku pelan

“Pergilah nak hati hati di jalan.Adam akan mengantar awak sampai ke bandara.Jam berapa pesawat berangkat?” Kata ibu Adam

“Jam 8 pagi bu” Jawabku

“Ibu hanya bisa berpesan baik baiklah kalian,jaga diri jangan sampai terjadi hal yang tak kita inginkan.kalian sudah dewasa sudah mengerti baik dan buruk,ibu percaya pada kalian.Ingatlah jodoh tak bisa di paksa jika tak berjodoh kapan pun nanti akan terpisah,tapi bila berjodoh di belahan dunia pun akan bersama.” Pesan ibu Adam

Aku menyelami kata katanya sangat indah terdengar dan sangat dalam.Dalam hati aku berdoa semoga Adam adalah jodohku nanti.aku memandang Adam tersenyum getir membayangkan jika ia bukan jodohku.Ingin sekali aku mengatakan padanya aku selalu ingin didekatnya,bersamanya betapa cinta ini membuatku gila dan tak berpikir sehat.

***4-4-2010***

0 Response to "CERPEN. MENJEMPUT CINTA"

wdcfawqafwef