Dia duduk manis di sebuah bangku usang dari tatap matanya aku tahu ia sedang bermain dengan kawan imajinasinya.Anakku Lili namanya,umurnya sudah sepuluh tahun.Rasanya sudah terlalu tua jika masih punya teman imajinasi dan aku sudah membawanya ke dokter bahkan ke paranormal tapi hasilnya nol.Bahkan ada yang mengatakanpunya indera ke enam,hatiku resah namun aku hanya bisa bergumam dalam hati.sampai pada suatu hari Lili bercerita tentang apa yang dilihatnya.antara percaya dan tidak aku hanya mengangguk saja sambil tersenyum.
“Benar mah mari kita lihat apa yang sudah Lili lihat pasti akan terjadi.” Ucapnya menyakinkanku.
Beberapa hari kemudian ternyata terjadi.tepat di hadapan kami saat aku mengajaknya ke pasar.aku mendesah tak bisa mempercayainya.Itulah saat pertama aku percaya ucapannya.Lalu bercerita pada papahnya tentang ramalan Lili dan kejadian yang kulihat tadi.
“Pah tadi aku lihat seseorang seperti yang dibicarakan lili.”ucapku menceritakan yang kulihat pada papahnya
“Begitukah?” Ucapnya enteng.
“Tak dapat ku mengerti mengapa Lili bisa mengungkap dengan detail pah.” Kataku menyakinkannya.
“Baiklah nanti kita tunggu apa yang akan diceritakan dan lihat kejadiannya.”Katanya lagi.
Bulan berganti bulan tak ada yang tanda tandanya.aku harap harap cemas.Dan Lili masih menceritakan tentang teman imajinasinya.atau entah apa yang dilihatnya tapi tidak tentang ramalan itu.Semua berjalan seperti biasanya.tak datang jua yang kutunggu.Sore hari tiba tiba Lili bercerita padaku tentang seseorang yang dilihatnya di rumah kami.
“Mah,Lili tadi lihat orang tinggi besar di ruang tamu.” Kata lili
“Siapa?Seperti apa dia?” Jawabku
“Tinggi besar,berkulit cokelat,dia tidak memakai baju cuma pakai celana yang di lilit.”Kata Lili lagi menjelaskan
“Lili tanya ngapain dia disini? Kataku
“Engga dia Cuma ngeliatin aja.” Jawab Lili
Aku menahan nafas.Entah apa yang dilihatnya aku tak bisa mengira ngira dan apa yang di lakukan orang itu di sini tak dapat kumengerti.Sejak itulah Lili sering mengatakan tentang orang orang yang tak nampak yang di lihatnya.Bukan hanya di rumah tapi juga di sekitarnya.Sesekali mengatakan tentang sesuatu yang di perbuat atau watak seseorang.Begitulah Lili namun aku tak mengatakan pada siapa pun selain pada ibuku,neneknya sebagai tempat berkeluh kesahku.
“Bilang saja iya kalau Lili sedang cerita.Itu pertanda kita tidak sendirian di dunia ini.Bukankah agama kita mengajarkan tentang dunia gaib juga?” Kata ibuku
“Ya,tapi kupikir tidak sesulit ini,aku penasaran dengan apa yang di lihatnya.” Kataku mengeluh.
“Lagipula biasanya anak anak kecil jadi penakut.Lili biasa saja.”Kataku menambahkan
“Hanya satu yang harus kamu lakukan sebagai ibu yaitu jangan membuatnya takut pada apapun biar pun kita tak melihatnya pastikan Lili tetap aman.”kata ibu menasehati
“Ya bu.” Kataku mengiyakan sambil mendesah.
Suatu hari aku melihat Lili berdiam diri di tempat tidurnya.hanya diam memandangi sesuatu ke langit langit rumah.Dengan rasa penasaran aku memandangi langit langit kamar mungkin ada bekas bocor pikirku,namun tidak ada apa apa aku mendekati Lili dan memegang dahinya takut ia sakit sambil bertanya
“Lili sakit? Lagi liat apa de? Kataku membuka suara
“Engga sakit mah Lili lagi liat pelangi.” Jawabnya enteng
“Pelangi? Dimana? Kataku heran
“Nih.” Jawabnya sambil menunjuk.
Entah apa yang ditunjuk aku ragu dalam hati bertanya tanya mencoba meraba yang Lili tunjuk.Namun aku tak merasakan apa apa, hampa.
“Cantik mah warna warni bulat kecil kecil beterbangan.susah di pegang.” Kata Lili ceria.
“Seperti balon ya?kita beli balon yuk” Kataku merayunya
“Engga usah” Kata Lili menolak sambil mencoba menggapai sesuatu.
“Kita bikin aja deh” Kataku mencoba membujuknya
Lili menggeleng, enggan bangun dari tempat tidurnya.Akhirnya aku menemaninya bermain di tempat tidurnya.Mengajaknya bernyanyi agar ia melupakan permainan ilusinya.Rupanya Lili baru menemukan permainan baru ini setiap hari ia mencoba menggapainya diiringi senyum atau gelak tawanya
Bertahun tahun berlalu Lili sudah beranjak remaja ia masih tetap seperti itu,kadang kadang ia berani menebak apa yang ada di pikiran orang sambil tertawa tawa membuatku gundah.Bahkan Lili berani menebak apa yang ada di pikiranku atau papahnya benar benar membuat kecemasan bagi kami.aku takut orang tidak menerima dan tersinggung mungkin ya mungkin saja.Aku sering menasehatinya tapi Lili selalu bilang jangan kuatirkan aku mamah.Aku tahu yang kulakukan.
“Mah ada yang mau ku bilang,mungkin mama tak akan mengerti yang ku katakana ini.”ucap Lili suatu hari.
“Tentang apa?” Jawabku penasaran.
“Ini tentang seseorang mah.” Kata Lili lagi
“Kamu punya pacar ya?” Kataku menggodanya
“Bukan masalah itu.” Katanya menggeleng ringan sambil tersenyum.
“Lalu tentang apa dong?Cerita saja mungkin mamah akan mengerti.” Kataku mencoba memberi pengertian
“Begini mah, ingat ga Lili pernah cerita tentang orang yang pernah Lili lihat di sini.Orang yang tak nampak itu dia masih disini tapi aku pernah melihatnya berjalan jalan di sekitar rumah ini seakan akan rumah ini adalah rumahnya.” Kata Lili menjelaskan
“Aku pernah melihat orang orang seperti itu juga setiap aku pergi kemana pun.Mereka ini seperti kita juga mah.” Sambung Lili lagi.
“Memang orang orang itu sedang apa?” Tanyaku penasaran.
“Entahlah mereka ini seperti penghuni dari alam lain.Bahkan seperti tak ada yang melihatnya.” Kata Lili menjelaskan
“Ya,allah menciptakan kita dan mereka,itu ada di al-qur an.Hanya saja kita di alam nyata dan mereka di alam gaib.” Kataku
“ Aku ingin bertemu seseorang yang tahu tentang semua ini mah.” Kata Lili memohon.
“Tak perlulah.Nanti malah menyesatkan.” Kataku menolaknya
“Kita kan bisa bertanya pada ustadz,kulihat banyak ustadz ustadz yang sepertiku mah.” Lili merayuku
“Lili mamah hanya takut ini akan menjadi bumerang buat kamu.” Kataku meminta pengertiannya
“Nanti mamah akan cari orang yang mengerti dan mamah akan pastikan dulu apakah orang itu tidak akan menyesatkan kamu.” Kataku mencoba merayunya.
Setelah percakapan kami Lili melupakannya mungkin ia mengira aku mencarinya aku juga tak mengerti seakan akan ia telah lupa dengan percakapan kami.selalunya begitu seperti hanya ingin mengungkapkan ganjalan hatinya.Hidupku begitu berat sejak kelahirannya.tak dapat kupercayai masa remajanya penuh dengan misteri,misteri besar untukku dan bertambah besar seiring kedewasaannya.
Lili kecilku ia tahu semua yang dilakukannya.kapan akan memulai dan kapan harus berhenti ia sangat mengerti.Merubah pandangan atau memberikan rayuan sangat mudah ia lakukan.Entah apa yang akan di lakukannya nanti aku tak tahu yang ku tahu sekarang Lili sangat sangat baik hati.Lili mulai belajar mengobati orang dengan bakatnya atau memberikan saran pada orang lain tanpa diminta walaupun aku sering mengingatkan ia bukanlah Tuhan yang tahu segala.Lili juga mulai berhati hati pada orang orang tertentu yang ingin mengorek tentang dirinya.
***10-3-10***
Senin, 29 Maret 2010
CERPEN
0 Response to "cerpen bayang ilusi"
Posting Komentar